Thursday, October 25, 2018

SAJAK AKSARA - Hanya Aku.

aku berjalan sendirian.
manata sepi dengan pandangan hampa.
mataku menelisik jauh kedepan
berharap semuanya menjadi sesuatu yang benar ada.

Aku terpaku oleh senyummu.
Jarak memang penghalang
namun ku rasa hati ini tersatukan

aku,
iya
hanya aku.

hanya aku yang merasa demikian.
semuanya hanya angan
impian yang  kuharap menjadi kenyataan.

hadirmu memang sudah tak terwujudkan
semuanya melebur menjadi kenangan
terbang entah kemana menembus awan.

sekali lagi aku sendirian,
tanpa kamu lagi yang suka melempar candaan.
langkahmu menjauh pergi
menyisakan aku yang tetap tinggal di sini:)

SAJAK AKSARA - Sekali waktu.

Sore ini kembali ku menulis tentang kita.
Sejak senja menyapa, pikiranku entah mengapa tertuju saat-saat kita bersama.

Sore ini kembali aku melihat dirimu,
bersenda gurau dengan pengisi hati yang baru.
Matamu mungkin tak melihatku, namun ku yakin kamu pasti merasakan kehadiranku.

Aku ada di sana, melihat semua tawa
Ringan terasa, suaramu membara.
Senyum tak pernah lepas hingga ku merasa terhipnotis karenanya.

Sayangnya,
tawamu bukan lagi aku yang menjadi titik tumpu,
dan senyummu bukan lagi untuk duniaku.
Terlihat manis, namun juga menyakitkan dalam sekali waktu.

Thursday, October 18, 2018

Sajak aksara - Puisi malam jumat

Selamat malam,
untuk kamu, si kenangan malam.

Kini,
notifmu tak lagi terdengar mengkagetkan siang.
pesanmu tak lagi menyapa saat rembulan datang.
kata manismu tak lagi singgah saat matahari telah berganti bintang.

Menatap langit aku menerawang,
senyummu tak pernah hilang meski sudah ku kekang datang.
Tawamu masih terdengar meski tak kurasakan kehadiran.

Diriku terpaku,
hanyut oleh duniamu.
tersedot dalam imajinasi penuh tentangmu.
Anganku selalu berisikan kamu dan doaku masih untukmu.

Malam ini mungkin hujan,
beda dengan hari kemarin yang cerah namun tak meninggalkan awan.
Namun bagiku,
kemarin dan sekarang sama saja.
Sama-sama merindukanmu sendirian.

Dahulu mungkin aku merasa terganggu,
dengan pesan yang selalu masuk tanpa tau waktu.
tentang cerita yang mungkin sudah berlalu.
dan tentang dirimu yang selalu hadir sebagai mimpi buruku.

Namun,
kini diriku yang merasa kehilanganmu.
Dirimu yang dulu,
telah hilang dan sulit untukku.

Teruntuk pengenggam aksara tempat puisiku tertuju.
Selamat malam jumat,
doakan aku,
untuk hati yang rapuh, semangat:)

Monday, October 15, 2018

SAJAK AKSARA - Baik baik saja.

Sajak hari ini,
akan ku rangkai,
kembali

Aku ingin kembali merangkai kata,
tentang diriku dan rasaku yang sebenarnya.
Namun, aku tak bisa.
Selama ini aku memang senang menulis karangan sederhana, namun itu murni benar-bernar karangan.
Tak ada campur tangan rasa.

Meski hanya sekali, aku ingin mengungkap rasa,
rasa yang selama ini ada.
Namun apa daya, aku terkurung dalam ketakutan yang sebenarnya tak berarti.
Aku selalu merasa sendiri.
Padahal aku tak pernah sendiri.
Teman bagiku bukan hanya sebuah hubungan yang tak memiliki arti.
Teman bagiku, adalah seseorang yang sangat peduli.
Namun sekali lagi,
aku selalu merasa sendiri.

Aku tau tau mungkin ini salah.
Temanku selalu menceritakan semua tentangnya, namun aku?
aku tidak bisa.

Maaf.
Bukan maksud tak menganggap.
Atau bahkan tidak percaya.
Bukan.
Namun sebuah peristiwa membuatku trauma.
Persahabatan yang selalu ku banggakan, itu juga yang membuka rahasia.

Aku takut,
saat aku berucap,
orang memandangku kasihan.
aku tak ingin.
aku hanya ingin di anggap aku tak apa.
Sungguh. Aku benar tak apa.
Aku,
baik baik saja:)

Monday, October 8, 2018

SAJAK AKSARA - Kenanganmu itu, satu.

Potongan potongan kenangan tersusun, berputar bagai kaset lama yang duputar berulang-ulang. Hanya bedanya, kenangan dalam kaset bisa saja hilang dalam sekali retakan.

Tak ada yang berbeda. Semuanya sama, tidak ada happy ending, semuanya berakhir bahkan tanpa ada yang mengakhiri.

Sepersekian hari ku coba melupakan kenangan, namun nyatanya beratus bahkan beribu detik tak sanggup menyapu. Berbeda dengan kaset yang dapat usang dimakan waktu, kenangan bersamamu itu satu, menyatu dalam setiap waktu, bersatu dengan kenangan masa lalu.

SAJAK AKSARA - Aku, kamu dan takdir.

Ini takdir atau kebetulan?
tuhan mempermainkan waktu, atau hanya aku yang merasa di permainkan?

Aku kembali menangis. Mengingat semua tentang aku dan kamu yang tak kunjung menjadi kita. Telepon darimu, telepon yang slalu ku rindu, nyatanya itu juga yang dapat memecah tangis dalam sekali waktu.

Janjimu hanya bayang-bayang semu. Kata katamu hanya menjadi penghibur di sela sela kebodohanku.

Hanya karna aku banyak berharap, apakah aku salah?

Dulu kamu berkata ini itu, menjanjikan kebahagiaan yang diharapkan kekal, namun akhirnya hanya menjadi sesuatu yang dangkal.

Sekarang aku menyadari.
lingkaranmu tak seputar diriku lagi. Aku hanya setitik ingatan dalam garis yang kau buat panjang. Aku, hanya sebuah kebetulan dalam takdir yang panjang.

SAJAK AKSARA - Tak lagi sama.

Matahariku telah redup. Pelangiku telah hilang. Bulanku telah tengelam dan Bintangku telah lenyap.

Semua hilang, dalam sekejap mata. Awalnya aku bisa menerima, awalnya aku berfikir bahwa ini baik baik saja. Tapi nyatanya aku salah. Aku salah dan aku salah.

Diriku telah lelah, namun perjalanan masih jauh kurasa. Janjimu ku jadikan semangat, fotomu kujadikan pelengkap. Bayang-bayang temu selalu menajadi harapan. Aku percaya, sangat percaya. Suatu saat kita pasti bertemu. Pasti

Meski pelukmu dapat ku rasakan kembali, meski ciummu dapat kudapatkan lagi, namun ku rasa semuanya tak sama lagi. Semua hancur, semua musnah, hilang mengikuti langkah kaki.

Diriku kini tengah merindu. Harapku masih sama tentangmu. Doaku slalu saja ku tujukan untukmu. Aku, masih mengingat tentangmu.

SAJAK AKSARA - Tak ingin merindu.

Aku tak ingin berkata tentang rindu. Masalah itu, biarlah menjadi urusan yang selalu ada meski bukan alasan memyatu.

Aku hanya ingin bercerita tentang rasa. Rasa yang entah kapan mulai ada. Bayangmu selalu ada dalam lamunan mata. Hadirmu selalu nyata meskipun itu hanya sekedar dalam mimpi semata.

Kamu terlihat tertawa berirama. Raut kebahagiaan terpancar jelas ternyata. Kamu saat ini terlihat sendiri, tapi ku yakin bahwa hatimu sudah terisi. Terbukti dari setiap postingan dalam setiap story.

Tak pernah aku merasakan sakit. Aku hanya merasakan iri. Aku ingin, namun kurasa itu tak akan pernah meski itu hanya sekali. Aku sadar diri. Diriku ini siapa? hanya orang yang kau anggap sebatas teman yang bisa di lupakan kapan saja.

SAJAK AKSARA - Puisi.

Hari ini diriku kembali berpuisi. Bait demi bait telah ku isi. Kata-kata demi kata berusaha ku susun dengan rapi.

Hanya melalui puisi, ku dapat mengungkapkan isi hati. Diriku telah lelah berdiam diri tak melakukan aksi. Aku telah lama memendam rasa ini, hingga ku sadar bahwa diriku juga telah menahan rasa sakit sendiri.

Kamu, tujuan dari segala puisi.
Memandangmu, tak pernah lelah ku rasa. Bersamamu, semua terasa ringan tak berbeban. Darimu aku mulai mengerti, bahwa cinta tak harus memiliki. Hanya dengan menatapmu tertawa, bahagia kurasa. Dengan menatap dirimu tersenyum, kelegaan terasa tiada tara.

Waktu memang terasa tak adil. Mempertemukan lalu menjauhkan semaunya sendiri. Meskipun begitu, tuhan pasti mempunyai rencana sendiri. Cinta sepihak ini, mungkin cara tuhan memperkenalkan pada rasa yang sesungguhnya adalah rasa abadi.

SAJAK AKSARA - Dekat, tapi jauh.

Waktu terus berjalan, namun dirimu tak kunjung peka. Hingga ku memutuskan untuk duduk menjauh dari hiruk pikuk temu rindu.

Kamu sibuk dengan lingkaran teman-temanmu, menghiraukan aku yang dari kejauhan memandangmu. Senyummu nampak bahagia, dan matamu menyipit kala tertawa.

Aku disini, kembali. Mewujudkan temu agar bisa menatapmu lagi. Meski akhirnya hanya akan menyajikan pemandangan pilu.

Diriku telah terhanyut dalam pesonamu, mataku telah terhipnotis oleh kehadiranmu. Aku ingin berlari, memelukmu secara berapi-api. Merapalkan kata rindu berkali-kali. Sayang itu hanya mimpi, mimpi yang ku ciptakan sendiri dengan perasaan bercampur emosi .

SAJAK AKSARA - Pertemuan Semu.

Sampai dimana waktu megijinkan untuk menghadirkan temu. Acara reuni sekolah menjadi alasan semu. Hari ini disini, di tempat aku berdiri, mataku melihat dirimu kembali.

Senyum merekah, hati berbunga. Tanah yang ku injak, terhubung dengan lantai dimana kamu berdiri, bentangan jarak, bukan lagi menjadi alasan untuk kita tidak saling bertatap muka.

Aku tersenyum,
Kamu juga.
Kamu menyapa,
Aku juga.
Aku menanya kabar,
Kamu pun sama.

Kita lalu tertawa bersama, bertukar cerita selama tak saling bercengkrama, sayang itu tak lama, kamu pamit dengan alasan yang sudah di depan mata.

Kini diriku tak lagi bergabung dengan tawamu. Kamu disana, bersama dengan yang lainnya. Sedang aku disini, melepas rindu dengan teman-temanku.

Kamu disana, berada dalam jarak pandang lima belas meter di depan mata. Tertawa bahagia, entah melucukan tentang apa. Aku masih setia menatap, meski itu hanya dengan ekor mata. Rasaku ini terlalu rahasia, jika harus ku bagi dengan yang tak ku percaya.

SAJAK AKSARA - Ingin Kembali.

Ada rasa yang tak bisa ku jelaskan dengan kata. Begitu menyesakkan dada dan terambang ambang menjadi kenangan peristiwa.

Aku tersenyum kala mengingat. Pipiku bersemu kala menerawang. Aku tertawa kala tau kita pernah bersama. Aku juga tergelak saat terbesit kenangan indah penuh cerita.

Aku ada disini, jauh dari tempat kamu berdiri. Aku ada disini, menyisipkan namamu dalam hati, sedang dimana tempat kamu berdiri, kamu sedang menatap belahan hati.

Miris memang, ketika diriku memutuskan pergi jauh dari pandangmu, kabarmu tak lagi mampir dalam notifikasi ponselku. Aku hanya dianggap saat aku ada.

Saat ini, aku sangat menginginkan tatapmu, aku sangat haus akan senyumu, dan aku juga lapar akan suaramu. Saat ini, disini, aku jelas tau, bahwa aku sedang merindukanmu, sendiri.

Banyak cara agar aku bisa kembali, melihatmu secara abadi, namun aku tak ingin kembali, sebab aku tau, dirimu tak di takdirkan menjadi pengisi hati.

SAJAK AKSARA - Rindu Sendiri.

Hari ini, untuk yang kesekian kali, aku kembali menatap nomormu di ponsel ku. Ingin rasanya aku menelpon tapi apa daya aku tak memiliki rasa berani.

Aku merasa aku terjebak oleh rindu yang ku buat sendiri, aku yang awalnya merasa terganggu oleh segala laranganmu untukku, sialnya aku juga yang merasa kehilanganmu.

Aku tak pernah menyangka, pada akhirnya kita akan terpisah oleh bentangan jarak. Kamu yang dulunya selalu hadir di depan mata,nyatanya untuk singgah di mimpi kini sudah tak lagi ada.

Entah bagaimana penyebutan untuk rasa yang kini ada, entah cinta atau rasa suka biasa, aku tak begitu memahaminya. Yang pasti, aku selalu menunggu suara notif darimu yang sengaja ku buat berbeda. Memang harus ku akui mungkin ini karma, dulu mungkin aku membuat kesalahan yang menggoreskan luka hingga kamu tak mau lagi bertatap muka.

SAJAK AKSARA - Harapan tentangmu.

Aku sadari aku terlalu naif. Aku terbisa menerima kabar namun ketika kamu pergi entah karena apa, aku mengatakan aku tidak apa-apa. Selama ini aku berfikir yang sabar menerima ialah yang dewasa, hingga aku lagi dan lagi mencoba untuk terlihat dewasa.

Andai kamu tau, aku merindukanmu di setiap waktuku. Di setiap lamunanku, aku memikirkan mu, di setiap doaku, tersebut namamu.

Hari hariku kini dipenuhi dengan harapan. Berharap keinginanku untuk kembali menjadi kenyataan, berharap rinduku segera terbalaskan, dan berharap salamku segera tersampaikan.

Aku memikirkanmu sampai aku sendiri lupa bahwa disinilah aku yang sebenarnya manusia yang terluka. Kamu yang ku tau jauh disana mungkin sedang berbahagia karenanya. Meninggalkanku sendiri dengan berbagai pertanyaan akan segala kesalahan yang ada. Aku diam dan aku merenungkan sedangkan kamu bahagia dan dengan mudah melupakan.

Segala doa kupanjatkan agar kau kembali ke pelukan. Siang malam ku merangkai kata berharap segala upaya dapat membahagiakan.

Aku, menulis banyak tentangmu. Mempubliskan ceritaku dalam sebuah cerita, mempromosikan hanya dengan satu tujuan yang menjadi alasan...

Berharap dapat dikenal, hingga menjadi suatu karya yang dapat membanggakan dan terbaca oleh seseorang yang kurindukan.

SAJAK AKSARA - Malam.

Lama tidak bertemu,  Apa kabar? Kabarmu menyenangkan bukan? Bagaimana harimu? Masih mencetak senyum bukan? Aku menerawang malam, lama tidak ...